BencoolenTimes.com – Mengapa harus Bumi Merah Putih, mari kita jelajahi dulu Bengkulu, karena di sini Merah Putih selalu berkibar dengan bangga.
Mengapa haru Bumi Merah Putih, Kita akan menelusuri tentang sejarah Bengkulu, sebuah provinsi di pesisir barat Sumatra, yang memiliki sejarah panjang dan sarat dengan perjuangan dan perlawanan terhadap penjajahan.
Julukan ‘Bumi Merah Putih’ mencerminkan semangat nasionalisme yang telah mengakar sejak era kerajaan, masa kolonial, hingga era kemerdekaan dan masa kini.
Bengkulu pada Zaman Kerajaan
Pada abad ke-15, wilayah Bengkulu berada di bawah pengaruh Kerajaan Majapahit setelah runtuhnya Sriwijaya. Setelah kemunduran Majapahit, sekitar pertengahan abad ke-16, Bengkulu masuk ke dalam pengaruh Kesultanan Banten.
Pada periode ini, kerajaan-kerajaan di Bengkulu, seperti Kerajaan Selebar, Kerajaan Sungai Lemau, dan Kerajaan Sungai Serut, mulai menunjukkan identitas dan kekuatan mereka.
Masa Penjajahan: Perlawanan Terhadap Kolonialisme
Masuknya bangsa Eropa ke Bengkulu dimulai dengan kedatangan Inggris pada tahun 1685.
Mereka mendirikan pos dagang dan membangun Benteng Marlborough sebagai pusat pertahanan. Namun, kehadiran Inggris tidak diterima begitu saja oleh masyarakat setempat.
Pada tahun 1807, Residen Inggris, Thomas Parr, tewas akibat perlawanan rakyat Bengkulu yang menolak dominasi asing. Setelah Inggris, Belanda mengambil alih Bengkulu melalui Traktat London pada tahun 1824.
Selama masa kolonial Belanda, terjadi beberapa perlawanan signifikan, termasuk pembunuhan terhadap pejabat kolonial seperti Asisten Residen Knoerle pada tahun 1833 dan van Amstel pada tahun 1873. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan ketidakpuasan dan perlawanan rakyat Bengkulu terhadap sistem kolonial yang menindas.
Era Kemerdekaan: Kontribusi Bengkulu bagi Indonesia Merdeka
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, berita tersebut sampai ke Bengkulu pada akhir Agustus 1945. Masyarakat Bengkulu segera membentuk kelompok-kelompok bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan.
Pada 10 September 1945, dibentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang dipimpin oleh Nawawi Manaf, seorang mantan perwira Heiho. BPI berperan penting dalam menjaga keamanan dan kedaulatan di Bengkulu pasca proklamasi.
Selain itu, Bengkulu juga menjadi tempat pengasingan Bung Karno oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1938-1942. Selama di Bengkulu, Soekarno tetap aktif menyebarkan ide-ide kemerdekaan dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh lokal.
Di sinilah beliau bertemu dengan Fatmawati, yang kemudian menjadi Ibu Negara pertama Indonesia dan penjahit bendera pusaka Merah Putih yang dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan.
Bengkulu Masa Kini: Melanjutkan Semangat Merah Putih
Setelah Indonesia merdeka, Bengkulu terus berperan dalam pembangunan nasional.
Pada tahun 1968, Bengkulu resmi menjadi provinsi ke-26 di Indonesia dan perjuangan masyarakat Bengkulu tidak berhenti pada masa kolonial saja, tetapi berlanjut dalam upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan.
Semangat ‘Merah Putih’ tetap hidup dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pelestarian budaya hingga partisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial.
Berdasarkan fakta sejarah, julukan ‘Bumi Merah Putih’ untuk Bengkulu sangatlah tepat. Dari era kerajaan yang menunjukkan kemandirian, masa kolonial dengan berbagai perlawanan terhadap penjajah, hingga kontribusi signifikan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan nasional, Bengkulu telah membuktikan dirinya sebagai daerah dengan semangat nasionalisme yang tinggi.
Semangat ini hendaknya terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bagian integral dari identitas Bengkulu dan Indonesia.(**)
Penulis : Riswan (Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Bengkulu FEB-Konsentrasi Perencanaan Pembangunan)