Namanya Rully Saputra. Masih muda sudah punya mobil. Tapi mobil Dinas ya. Driver Ambulace Hidayah dan Doa (HD) Kota Bengkulu.
Catatan Dewa (Dedy Wahyudi), Kota Bengkulu
Jika ditelpon, tengah malam pun siap antar pasien atau jenazah. Dia datang tak dijemput. Pulang tak diantar.
Dari puluhan driver Ambulace Kota, Rully lah yang paling gaul. Paling milenial. Dan paling sering posting kuda (Ambulance) tunggangannya.

Dia kebagian Ambulance Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu. Dia yang paling gampang di telepon. WhatsApp (WA) dan Facebook (FB)-nya aktif 24 jam.
Maka, walau bukan wilayah Sungai Serut, jika ditelepon warga Rully langsung tancap gas. Gas pool untuk misi kemanusiaan.
Total ambulance Pemerintah Kota (Pemkot) ada 51 armada. Tersebar di tiap Kecamatan di Kota Bengkulu. Ada yang dipinjam pakai ke UMB, Dehasen, Yayasan Alfida, PMJB, IKBKM dan banyak lagi.
Terlalu banyak kalau ditulis di sini. Tahun ini Pemkot beli 15 Ambulance lagi.
Kita tidak ingin kasus mayat bayi dimasukkan ke dalam tas terulang lagi. Karena itu di Kota Bengkulu Ambulance 100% gratis. Tidak boleh dipungut biaya.
Awalnya, Ambulance gratis ini hanya berlaku dalam Kota Bengkulu. Namun terakhir rute Ambulance sudah me-Nusantara.
Ada yang minta diantar ke Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), Lampung, Sumatera Selatan (Sumsel), Jambi. Terakhir Ambulance Kota Bengkulu sampai ke Kediri Jawa Timur (Jatim).

Kamis (8/10) malam, Rully mengantar pasien kanker mata, Sulkanudin ke Desa Ngino Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri, Jatim.
Sulkanidin memang sudah lama mengidap kanker mata. Matanya, maaf- sebesar bola tenis. Seperti mau keluar. Di Bengkulu dia sebatang kara.
Saat dirawat di Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu, tak ada keluarga yang mendampingi. Hanya perawat saja yang mengawasi. Biaya berobat pun digratiskan.

Sudah lazim, setiap berobat di RS harus ada keluarga yang mendampingi atau menjamin. Namun Sulkanudin tak punya keluarga.
Sempat ditolak oleh petugas IGD, karena khawatir tidak ada yang bertanggungjawab. Namun saya minta kebijakan.
“Bu Direktur, pasien itu pernah kami (Wali-Wawali) bantu. Dia memang sebatang kara di Bengkulu. Jangan ditolak,” pesan saya pada Direktur RSHD.

Setelah seminggu dirawat di RSHD, pasien minta diantar ke Kediri. Karena sudah biasa keluar Kota, maka Rully lah yang diminta mengantar ke Kediri. Dia sempat kirim WA ke saya pamit berangkat.
Jujur, saya respek dengan anak muda ini. Soalnya, saya baru tahu dari Pak Kapolres Bengkulu Pahala Simanjuntak. Ternyata Rully teman kuliah S2 Kapolres.
Cerita Kapolres,”kalau kami kuliah zoom meeting, si Rully zoom kuliah jarak jauh sembari di atas Ambulance.”
Saya kaget. Dan baru tahu ternyata sopir Ambulance ini kuliah S2 Hukum UNIB bareng Kapolres.
Hey anak muda Bengkulu, kisah Rully ini bisa menjadi inspirasi buat kalian semua. Rully Saputra proud of You (Bangga Padamu).
(**)
Penulis adalah wartawan senior Bengkulu dan Pelaksana Tugas Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi