BencoolenTimes.com – ‘Bung Karno sudah dibuang ke banyak tempat, tapi baru setelah dari Bengkulu beliau menjadi Presiden’. Begitulah ungkapan Gubernur Bengkulu Helmi Hasan yang merefleksikan keyakinan kuat bahwa tanah Bengkulu adalah negeri keramat—tempat berpijak para pejuang, tempat lahirnya takdir besar bangsa.
Bukan tanpa alasan. Sejarah mencatat bahwa Bung Karno, sang Proklamator, pernah diasingkan ke berbagai daerah: Ende, Flores, dan lainnya.
Namun, baru setelah masa pengasingan di Bengkulu tahun 1938–1942, jalan menuju kemerdekaan Indonesia benar-benar terbuka baginya. Di tanah ini pula, Bung Karno bertemu dengan Fatmawati—gadis Bengkulu yang kemudian menjadi istrinya dan penjahit Sang Saka Merah Putih pertama.
Ini bukan sekadar kebetulan. Ini pertanda: Bengkulu adalah negeri yang membawa perubahan, negeri yang mengandung keberkahan.
Bengkulu Siap Menjadi Tuan Rumah Ijtima Indonesia
Berkaca dari sejarah dan kearifan lokalnya, Bengkulu siap menyambut perhelatan akbar berskala dunia: *Ijtima Indonesia* yang akan mengangkat tema besar ‘Tabligh Akbar Indonesia Berdo’a’, dengan target kehadiran 5 juta jamaah dari seluruh dunia.
Bengkulu bukan hanya siap secara spiritual dan historis, tapi juga secara kultural dan teknis:
Masyarakat Bengkulu sudah terbiasa dengan pengalihan lalu lintas dan penutupan kawasan strategis, seperti saat acara adat Tabut yang rutin menutup Pantai Panjang selama 10 hari. Maka, jika hanya selama 3 hari, dari 28 hingga 30 November 2025, itu adalah hal yang sudah sangat bisa ditangani.
Ekonomi masyarakat akan terdongkrak, terutama para pelaku UMKM yang akan kebanjiran rezeki. Kuliner khas Bengkulu, kerajinan lokal, dan produk kreatif akan menjadi magnet bagi tamu mancanegara. Inflasi dapat ditekan, dan geliat ekonomi akan meningkat.
Spirit Doa dari Negeri Keramat
Momentum ini bukan sekadar berkumpul, tapi menghidupkan doa berjamaah untuk keselamatan Indonesia dan dunia. Di tengah krisis global, konflik, dan keresahan sosial, Bengkulu hadir sebagai tempat teduh—negeri keramat—untuk memulai seruan langit dari bumi kelahiran sangsaka merah putih.
Bengkulu tidak meminta dihormati karena kekuatan ekonomi, tapi karena warisan sejarah dan kekuatan spiritualnya. Inilah saatnya Bengkulu memberi kontribusi nyata bagi peradaban, bukan dengan kekuasaan, tapi dengan kesucian niat dan kemuliaan doa.
Ayo, Kita Sambut Ijtima Indonesia di Bengkulu!
Mari seluruh elemen bangsa—ulama, umara, masyarakat, dan pemuda—bergandengan tangan menyambut gelombang keberkahan ini. Karena dari tanah Bengkulu, pernah tumbuh pemimpin bangsa. Dan kini, dari tanah ini pula, kita panjatkan doa untuk negeri dan dunia.(**)
Penulis: Saeed Kamyabi