BencoolenTimes.com – Pendangkalan Alur Pelabuhan Pulau Baai semakin mengancam masyarakat Pulau Enggano. Terbaru, sejak 27 April 2025, Kapal Motor Penumpang (KMP) Pulo Tello sudah tidak bisa lagi berlayar ke Pulau Enggano.
Parkir atau bersandarnya juga, KMP Pulo Tello sudah tidak bisa lagi di Pelabuhan Pulau Baai, melainkan parkir di luar pelabuhan. Selain itu, informasi dari masyarakat Pulau Enggano, Sabtu lalu, 3 Mei 2025, hasil bumi berupa Pisang lebih kurang satu ton terpaksa dibuang ke laut, karena menumpuk di Pelabuhan Malakoni dan tidak bisa diangkut.
Kepala Supervisi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Pulo Tello, Radmiadi yang ditanya soal mengapa KMP Pulo Tello tidak berlayar, dikatakan karena tidak ada bahan bakar.
‘’Kita tidak punya BBM mau kesana (Pulau Enggano), karena BBM tidak ada supply. Sudah sejak tanggal 27 kemarin,’’ ungkap Radmiadi kepada wartawan.
Radmiadi menjelaskan, sekali pulang pergi menuju dan dari Pulau Enggano, KMP Pulo Tello membutuhkan 10.000 liter BBM. ‘’Jadi butuh setidaknya 10.000 liter BBM untuk pulang pergi dan kita butuhkan 4 kali bolak balik,’’ jelas Radmiadi.
Salah satu penyebab tidak adanya supply BBM ke KMP Pulo Tello, sambung Radmiadi, karena parkir kapal berada di luar pelabuhan. Sehingga pengisian BBM tidak bisa dilakukan dan pertamina juga saat ini melakukan pendistribusian pasokan melalui jalur darat.
Ditambah lagi, kapal Tugboat yang sudah tidak memungkinkan untuk melewati alur keluar masuk kapal, lantaran dasar alur yang semakin dangkal.
‘’BBM kita tidak ada, ditambah juga kapal Tugboat sudah tidak bisa melewati alur. Sehingga kita sudah tidak bisa melakukan penyeberangan, selain itu juga berbahaya,’’ sambung Radmiadi.
Ditambahkan Radmiadi, saat ini mereka sudah mengajukan usulan ke Pertamina untuk melakukan pengisian BBM diluar alur pelabuhan, atau mungkin ada solusi lain. ‘’Agar KMP Pulo Tello bisa kembali berlayar, meskipun parkirnya dari luar Alur Pelabuhan Pulau Baai,’’ imbuh Radmiadi.

Sementara itu, salah satu Tokoh Masyarakat (Tomas) Pulau Enggano, Mislon Kaitora menyampaikan, kondisi perekonomian masyarakat Pulau Enggano mulai lumpuh.
‘’Saat ini perekonomian masyarakat di Pulau Enggano mulai lumpuh, neskipun ketersediaan bahan pokok masih ada. Tapi masyarakat mau beli pakai apa,’’ ujar Mislon bernada tanya melalui saluran telephone.
Penyebabnya tidak lain, terang Mislon, karena Alur Pelabuhan Pulau Baai yang semakin parah dan belum ada solusi. Sehingga kapal besar tidak bisa merapat dan mengangkut hasil bumi masyarakat ke daratan Bengkulu.
‘’Meskipun ada kapal kecil yang bisa mengangkut hasil bumi petani di Pulau Enggano, namun itu hanya menggunakan kapal nelayan. Sebagian besar masyarakat kita merupakan petani pisang dan saat ini hasil panen tidak bisa dipasarkan karena keterbatasan transportasi,’’ terang Mislon.
‘’Bahkan Sabtu lalu, ada sekitar satu ton pisang di Pelabuhan Malakoni dibuang ke laut, tapi tidak bisa diangkut, sehingga menjadi menumpuk,’’ sambung Mislon.
Ditambahkan Mislon, mewakili masyarakat Pulau Enggano, mereka meminta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu dan Pelindo untuk menyelematkan masyarakat Pulau Enggano dengan segera menormalkan kondisi Alur Pelabuhan Pulau Baai.(OIL)