BencoolenTimes.Com, – Pemerhati dan aktivis penanggulangan HIV/AIDS di Provinsi Bengkulu, Arna Mareta, bahaya Covid-19 sama bahayanya dengan penyebaran “virus” LGBT.
Bahkan, kata Arna, LGBT sudah menjangkit ke kalangan petinggi. Tidak lagi hanya di pinggiran jalan, tapi sudah menjangkit ke perkantoran.
Sebelumnya, Arna pernah mengungkap, bahwa HIV dan AIDS sekarang angka penderitanya tertinggi dari kalangan LGBT, bukan lagi narkoba maupun sex bebas dari pasangan berbeda jenis.
“Kaum penyuka sejenis ini komunitasnya sudah banyak. Bukan hanya di Bengkulu, tapi se-Indonesia. Namun belakangan di Bengkulu makin parah. Mereka sudah lama ada, tapi sekarang makin parah,” sesal Arna.
Menurut Arna Mareta LGBT merupakan penyakit jiwa dan sudah menjamur di Indonesia, orangnya pun dari berbagai kalangan. Bahkan Arna Mareta menyebut termasuk kalangan petinggi.
“Orang-orangnya termasuk ada juga banyak petinggi, maksudnya orang-orang yang berkelas itu banyak. Cuma tidak nampak di masyarakat,” kata Arna Mareta.
Disinggung soal anak laki-laki bawah umur yang menjadi korban dugaan pencabulan hingga meresahkan masyarakat, Arna Mareta mengatakan, terkait ini tidak bisa hanya diselesaikan dengan hukum.
Namun juga harus ada psikolog, kalau di agama Islam dirukyah. Karena itu jiwanya yang tidak normal atau dipisahkan dengan komunitasnya.
“Lama penanganannya kalau LGBT atau ACDC, lebih lama dari penanganan narkoba. Komunitasnya itu sudah menyebar,” ungkap Arna Mareta.
Arna Mareta menyatakan, anak yang menjadi korban pencabulan sesama jenis juga bisa berpotensi jadi LGBT, karena itu bisa menyebabkan anak ketagihan.
Arna Mareta juga menyatakan, terkait LGBT ini pemerintah juga tidak begitu peduli untuk memberantasnya. Terutama Bengkulu.
“Ini harus ada upaya serius pemerintah, agar anak-anak kita selamat dari terjangkit LGBT. Masalahnya, pemerintah kita kurang peduli. Itu saya katakan, karena saya tahu betul tak ada kepedulian pemerintah mengatasi ini,” kritik Arna.
“Makanya kita sebagai orangtua harus hati-hati dengan anak, perketat pengawasan agar jangan sampai terjerumus ke situ. Apa jadinya daerah kita kalau membiarkan virus ini menjakit banyak warga. Kalau di agama Islam, bisa-bisa diazab seperti kisah kaum Nabi Luth,” demikian Arna Mareta. (Bay)