BencoolenTimes.com – DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Bengkulu, tegaskan limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bengkulu bisa dimanfaatkan masyarakat.
Pernyataan itu disampaikan Kepala DLH Kota Bengkulu, Riduan, karena pada sebagian masyarakat masih menganggap bahwa limbah FABA ini berbahaya bagi lingkungan atau sebagai limbah B3.
‘’Terkait limbah FABA PLTU, ini sebenarnya sudah dikeluarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia bahwa tidak lagi menjadi limbah B3. Karena FABA tersebut relatif aman untuk dimanfaatkan,’’ sampai Riduan.
Riduan membeberkan, bahwa dari hasil studi banding mereka di PLTU milik PLN di Pacitan Jawa Timur, FABA ini dimanfaatkan untuk pengerasan jalan dan membangun rumah warga. Karena dengan memanfaatkan FABA bisa mengurangi penggunaan semen.
‘’FABA ini sebenarnya bahan baku semen, karena tingkat lekatnya lebih kuat, jadi, pembangunan jalan beton di situ (Jawa Timur) hanya menggunakan 30 persen semen, 30 persen pasir dan selebihnya FABA,’’ sebut Riduan.
‘’Artinya dengan pengunaan FABA kita bisa menghemat bahan baku semen. Jalan yang dibangun menggunakan FABA dengan ketebalan 10 CM saja bisa dilewati mobil kapasitas 4 ton sampai 5 ton,’’ sambung Riduan.
Ditambahkan Riduan, saat ini limbah FABA sudah banyak dimanfaatkan untuk membuat paving blok, batako, pengeras jalan, campuran material bangunan hingga dijadikan bahan pembuatan pupuk tanaman.
‘’Banyak orang manfaatkan FABA untuk bahan campuran bangunan, membuat paving blok, pengerasan jalan, batako dan dibuat menjadi media pupuk dengan campuran pupuk kompos dan tanah tertentu,’’ beber Riduan.
Riduan juga menjelaskan bahwa, untuk limbah FABA di PLTU Bengkulu, pihak DLH Kota Bengkulu sudah melakukan uji kandungan FABA tersebut di laboratorium Universitas Bengkulu (UNIB) dengan hasil penelitian FABA ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
‘’Ternyata ketika kita kombinasikan FABA ini dengan campuran tertentu yang meliputi FABA, tanah, pupuk kompos yang diaduk. Ternyata itu menjadi pupuk tanaman, sehingga bisa disimpulkan, ketika tanaman saja tidak mati, artinya ini tidak berbahaya bagi lingkungan,’’ jelas Riduan.
Riduan menganjurkan, apabila masyarakat ingin memanfaatkan limbah FABA tersebut untuk dijadikan berbagai macam kebutuhan. Mulai dari penimbunan, campuran material bangunan dan buat media pupuk.
‘’Silahkan saja masyarakat manfaatkan limbah itu, apakah untuk pemimbunan atau pemadatan, bahan bangunan dan membuat pupuk itu juga bisa,’’ anjur Riduan.
Disisi lain, Riduan menyampaikan bahwa, selama ini PLTU Bengkulu telah mengikuti dan mematuhi peraturan yang ada. Mulai dari proses perizinan, AMDAL hingga pengelolaan lingkungan.
‘’Kami selalu pantau, setiap per semester mereka menyampaikan laporan, baik laporan Emisi, pencemaran kualitas air, laporan terkait limbah cair ataupun limbah padat secara berkala. Kita juga lakukan pemantauan di lapangan dan hasil uji laboratoriumnya, semuanya telah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup,’’ tutup Riduan.
Akademisi Sebut Bagus Digunakan Untuk Bahan Konstruksi
Laboratorium terpadu Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu (Unib) sudah melakukan penelitian terhadap limbah FABA dari sisa pembakaran PLTU Bengkulu.
Dari penelitian menunjukkan hasil bahwa limbah FABA bagus digunakan untuk dunia konstruksi sebagai pengganti semen. Selain itu juga bagus dipakai untuk material gundukan.
Akademisi Unib, Ir. Mukhlis Islam, ST,MT mengungkapkan, saat ini limbah FABA sudah tidak lagi termasuk dalam katagori sebagai limbah B3, namun FABA sudah mulai dikembangkan untuk bahan material di dunia konstruksi.
‘’Kebetulan kami di laboratorium beton teknik sipil Universitas Bengkulu, kami tidak fokus pada katagorisasi limbah B3 ini tadi, jadi kita hanya mengunakan rekomendasi dari LH bahwa FABA ini tidak termasuk ke limbah B3. Kami fokusnya kepada kemungkinan pengunaan FABA ke dalam dunia konstruksi,’’ ungkap Mukhlis.
Mukhlis mengatakan, saat ini pihakna telah melakukan dua hasil penelitian yang meliputi penggunaan FABA sebagai material pengganti semen dalam pembuatan beton dan mortar. Lalu, pengunaan FABA sebagai material gundukan atau penganti tanah.
‘’Penelitian yang sudah kita buat itu penggantian semen 10 sampai 40 persen dan penggunaan FABA ini tanpa treatment. Jadi hanya FABA sebagai material penganti semen dan hasilnya cukup menjanjikan,’’ kata Mukhlis.
‘’Ternyata penggantian semen dengan FABA ini, walaupun cukup signifikan sampai 40 persen, memang terjadi penurunan kuat tekan beton akan tetapi kuat beton ini tidak terlalu jauh menurun apabila dibandingkan dengan beton yang kita kurangi semennya. Artinya masih bisa kita gunakan dengan treatment-treatment khusus dengan campuran tertentu yang kita desain,’’ papar Mukhlis.
Mukhlis melanjutkan, untuk penggunaan FABA sebagai campuran material gundukan juga menghasilkan daya dukung beban yang sangat kuat melebihi dari tanah murni.
‘’Kita juga sudah melakukan riset mengenai hal itu, kebetulan parameter yang kita lihat itu adalah cbr laboratorium, pengunaan FABA dengan campuran tanah hasilnya cukup baik. Pada komposisi FABA sekitar 50 persen ini lebih baik daripada tanah murni saja, karena tanah murni saja nilai cbr-nya hanya 23 persen, artinya apabila kita campur 50 persen tanah dan 50 persen FABA, nilai cbr-nya meningkatkan menjadi 31 persen, cukup signifikan,’’ lanjut Mukhlis.
‘’Ketika penggunaan 90 persen maka nilai cbr-nya meningkatkan menjadi 54.4 persen, yang artinya daya dukung tanahnya cukup tinggi, sehingga potensial penggunaan FABA sebagai tanah uruk itu cukup tinggi. Jadi pengunaan FABA ini bukan hanya bisa digunakan dari sisi kontruksi untuk campuran beton dan mortar, tapi juga bisa digunakan material tanah uruk,’’ sambung Mukhlis.
Tak berhenti disitu, Mukhlis bersama tim juga sedang melakukan riset penelitian lanjutan penggunaan FABA sejak tahun 2023 lalu. Dimana penelitian itu difokuskan kepada pengaruh FABA terhadap beton apabila diberikan treatment pengguna kalsinasi dan juga pengunaan FABA tanpa dicampur sama sekali dengan semen.
‘’Jadi, kita tidak mengunakan semen, tapi full 100 mengunakan FABA dan dicampur pasir. Harapannya mudah-mudahan hasilnya memuaskan sehingga FABA ini bisa jadi alternatif semen, baik pengunaan mortar maupun pengunaan beton. Akan tetapi memanga yang perlu dipikirkan kembali bagaimana aplikasi teknologinya, karena sekarang belum banyak penguna FABA sehingga perlu kita pikirkan bagaimana FABA ini nanti menjadi layak untuk digunakan, bukan hanya dari sisi teknis tapi juga sisi ekonomis,’’ pungkas Mukhlis.(JUL)